:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5292984/original/080396600_1753273610-WhatsApp_Image_2025-07-23_at_17.55.00_7401e0ac.jpg)
Liputan6.com, Jakarta Di balik ketegarannya, Sarwendah tak mampu menyembunyikan kesedihan saat harus melepas kepergian ayahnya, Hendrik Lo. Ia tak kuasa menahan kesedihannya saat memegang foto di salah satu prosesi yang dilakukan.
Sarwendah mengakui bahwa memegang foto mendiang ayahnya adalah tugas yang sangat berat secara emosional. Ia bahkan sengaja menghindari melihat foto tersebut beberapa hari terakhir karena tak kuasa menahan kesedihan.
“Ya berat lah. Aku juga nggak tahu kalau misalnya suatu hari aku harus megang fotonya. Karena dari kemarin aku sengaja nggak mau lihat fotonya karena dari kemarin tiap melihat (menangis) aku selalu mikir, sedih lah pasti,” ujar Sarwendah di Rumah Duka Grand Heaven, Pluit, Jakarta Utara, Rabu (23/7/2025).
“Jadi ketika tadi cuma ngobrol aja dalam hati sama Papi, ya semoga Papi jalannya lancar, semuanya baik-baik aja, dan cuma bilang sama Papi, ‘Tenang aja, kita di sini, Mami pasti dijagain dengan baik’,” Sarwendah menambahkan.
Terkenang Kebiasaan Sang Ayah
… Selengkapnya
Sarwendah mengungkapkan bahwa rasa sedih itu seringkali datang dalam kesendiriannya di rumah, terutama di malam hari. Ia terkenang kebiasaan sang ayah yang sering menginap dan selalu mengecek kamarnya sebelum tidur.
“Kalau di rumah ketika anak aku sudah tidur, diam sendiri tuh masih ada sedih lah. Karena kadang Papi juga nginap di rumah. Kalau dia nginap di rumah, pasti masuk ke kamar aku kayak ngecek, ‘Anak aku udah tidur belum ya?’ Kalau belum tidur, pasti dia ngobrol sama aku,” kenangnya.
Berusaha Mengikhlaskan
Meski begitu Sarwendah berusaha untuk mengikhlaskan dan menerima ayahnya kini telah pergi untuk selamanya. Ia juga menyadari butuh waktu untuk melepas semua rasa sedih yang tengah menggelayuti hatinya.
“Jadi kayak masih ada rasa sedih, tapi kan harus ikhlas. Nah, perasaan itu yang aku masih harus cerna,” imbuhnya.
Panutan dalam Berumah Tangga
Bagi Sarwendah, kedua orang tuanya adalah panutan dalam membangun rumah tangga. Keharmonisan mereka menjadi kiblat dan impian dalam hidupnya.
“Ya pasti lah, itu impian aku yang dari dulu, kiblat aku ketika menjalani hubungan rumah tangga dari keharmonisan orang tua. Aku banggalah, semua orang melihat orang tua aku adalah orang tua yang sangat ramah dan harmonis,” ucap Sarwendah.
… Selengkapnya