:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5269304/original/058005300_1751344939-ClipDown.com_503564966_18513903997039800_5396630130823939865_n.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Di tengah kerinduan seorang ibu, Niar memeluk kenangan akan putrinya yang hilang. Sementara itu, Melati berjuang dengan perasaannya di rumah sakit, diikuti oleh Rifat yang setia namun terjebak dalam kesalahpahaman. Ketegangan meningkat ketika Rifat diserang oleh Kevin yang cemburu. Di sisi lain, Wira terjebak dalam kekacauan emosional yang membawanya pada insiden di jalan, di mana ia harus menghadapi amukan preman.
Niar memasuki kamarnya dengan perasaan tercekik, air mata menggenang di pelupuk mata. Dari sebuah laci tersembunyi, ia mengeluarkan kotak tua yang berisi foto usang saat ia hamil. Dengan tangan bergetar, ia berbisik pelan, “Putriku… di mana kamu sekarang?”
Di tempat lain, Melati berjalan cepat di koridor rumah sakit, wajahnya pucat dan tubuhnya tampak lemah. Rifat mengikuti dari belakang, menjaga jarak. Namun, Melati menahan kemarahan, “Tolong jangan dekati aku! Aku nggak mau Mas Wira makin salah paham.” Rifat hanya bisa menunduk.
Kemudian, Rifat pulang ke rumah Dilla. Dilla terkejut melihatnya pulang larut malam. “Bukannya kamu masih kerja?” tanyanya. Sebelum Rifat sempat menjawab, Kevin muncul dengan motornya. Tanpa banyak bicara, Kevin turun dan langsung memukul Rifat dengan keras.
Sementara itu, Melati menatap hujan lebat dari teras kontrakannya. Air mata jatuh, hatinya hancur memikirkan Wira. “Kita pernah berjanji untuk setia… tapi kenapa Mas Wira nggak percaya sama kesetiaan aku?” gumamnya.
Di sisi lain, Wira melaju di jalan dengan pikiran kacau dan wajah penuh emosi. Tanpa sengaja, mobilnya menyerempet seorang pengendara motor yang kebut-kebutan. Pengendara itu terjatuh. Wira panik, segera turun untuk membantu dan meminta maaf. Namun, alih-alih berdamai, beberapa preman yang marah mengepung dan mengeroyok Wira.