:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5215223/original/087535000_1746798535-WhatsApp_Image_2025-05-09_at_18.27.28.jpeg)
Liputan6.com, Jakarta Penyanyi Kamila Batavia merilis debut mini albumnya yang berjudul “The Scent of Camellias”. Berisikan 6 lagu, album ini menghadirkan kisah asmara yang mengalir dari fase awal jatuh cinta hingga pahitnya perpisahan.
Lewat album ini, Kamila tak hanya menyuguhkan lagu-lagu yang menyentuh, tapi menulis sebuah narasi yang mengajak pendengarnya menyelami kesedihan, kerinduan, dan ketegaran dalam menghadapi luka.
“Judul The Scent of Camellias merujuk pada simbolisme bunga camelia yang dapat mekar di musim dingin,” ujar Kamila lewat keterangan tertulisnya, Jumar (9/5/2025).
“Itu mencerminkan kepribadian dan pengalaman hidupku. Di tengah kesulitan, aku ingin terus tumbuh dan berkembang,” sambung Kamila.
Diproduseri Faizal Saputra, album ini dibuka dengan lagu “Tutup Mata” yang menggambarkan perasaan berat harus berpisah dengan seseorang yang dicintai. Namun di hati kecil tetap berharap akan ada pertemuan di lain hari.
“Tutup Mata menggambarkan rasa pasrah yang berbalut harap. Seolah aku tahu perpisahan tak bisa dihindari, tetapi di dalam hati kecil tetap berharap bisa bertemu lagi di waktu yang lebih baik,” jelas Kamila.
Sampaikan Kegelisahan
Sebagai klimaks, Kamila menempatkan lagu “Hilang dan Tak Kembali”, yang sarat dengan emosi. Lagu ini menyampaikan kegelisahan akibat sikap acuh sang kekasih yang berada jauh di seberang benua.
“Aku ingin lagu ini jadi semacam pelampiasan. Semua emosi, marah, kecewa, sedih, numpuk di sini. Karena kadang kita butuh meledak sebelum bisa menerima keadaan,” ungkap Kamila.
Sebagai kejutan, Kamila menambahkan bonus track berjudul “Augen Zu”, yaitu versi terjemahan bahasa Jerman dari lagu pembuka “Tutup Mata”. Versi ini menambahkan dimensi baru pada narasi album, memberikan rasa penutup yang lebih dramatis sekaligus melankolis.
Keberanian Kamila
Melalui album “The Scent of Camellias”, Kamila tidak hanya menunjukkan kematangan dalam menulis lagu, namun juga keberanian membuka luka pribadi kepada publik. Ia berharap hadirnya mini album ini dapat menemani pendengar yang mengalami situasi sama.
“Aku berharap para pendengar bisa menyelami fase melankolia ini dan menemukan keindahan di dalamnya. Menangis bukan kelemahan, dan bangkit adalah pilihan. Semoga lewat album ini, siapa pun yang mendengarkan bisa merasa tidak sendirian,” ucap Kamila.